RSS

Pages

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Indahnya Berjalur


Pagi ini terasa berbeda dengan hari-hari biasanya. Udara sejuk membuat suasana pagi menjadi lebih segar dan terasa indah. Burung-burung berkicauan, menari-nari di atas pepohonan yang rindang. Di sana sini banyak orang mondar-mandir menuju  tujuan masing-masing. Ada yang ke kantor, ada yang ke sekolah, ada yang ke ladang, dan ada juga yang masih di rumah saja, seperti aku yang masih di atas ranjang.

 “ Ibu..!” teriakku dari kamarku. “Ada apa nak…? Kok  teriak-teriak begitu” sahut ibuku dengan penuh kasih sayang. “ Bu, perutku sakit sekali. Rasanya seperti tertusuk-tusuk jarum yang begitu tajam. Sakit sekali bu..!” Keluhku pada ibu. Ibuku sangat gelisah, sehingga ia cepat-cepat menguruti perutku. “Nak, lebih baik kita ke dokter saja ya..? Ibu takut kalau perutmu mengalami gangguan yang cukup serius.” Aku pun menuruti kata-kata ibuku untuk ke rumah sakit.

Sepulang dari rumah sakit, aku merasa ada yang tidak biasa ada di rumahku. Ya..mobil hitam yang parkir di depan halaman rumahku. “ Bu, itu mobil siapa ? Mewah ya ?” Tanyaku pada ibu, tetapi ibu tidak menjawab melainkan mempercepat langkahnya masuk ke dalam rumah. Setibanya di ruang tamu, aku melihat pamanku yang aku tunggu-tunggu kedatangannya selama ini. “ Paman…! Teriakku memanggilnya. “ Zega, kamu dah pulang ? Tanyanya. “ Sudah paman”. Jawabku singkat. Banyak pertanyaan yang dilontarkan  paman kepadaku  terutama mengenai keadaan ku dan keadaan sekolahku. Hmm..kedatangan paman sangat membuatku bahagia apalagi saat paman menawariku untuk berlibur ke daerah paman, yaitu Teluk Kuantan di provinsi Riau. Kebetulan minggu depan sekolahku sudah libur, makanya aku langsung terima.

Setelah sekolahku libur, aku langsung berangkat ke rumah paman di Teluk Kuantan untuk memenuhi tawaran paman. Sesampai di sana, aku merasakan sesuatu yang berbeda. Orang-orang di sekitar rumah paman sepi, entah kemana mereka. Keramaian hanya bisa ditemukan di jalan raya, bahkan sangat ramai bagaikan baru pulang dari konser suatu band terkenal. Akupun bertanya kepada paman, “ Paman, kenapa di jalan banyak sekali orang-orang yang lewat, ada konser ya ?”. “ Bukan konser tapi pacu jalur.” “Pacu Jalur ?” tanyaku penasaran. Paman hanya tersenyum saat aku balik bertanya.

Pacu jalur adalah suatu tradisi turun- temurun masyarakat kabupaten Kuantan Singingi. Tradisi ini dimulai sejak zaman penjajahan Belanda. Tradisi pacu jalur ini menggunakan sebuah sampan yang sangat panjang. Biasanya mampu memuat pendayung sekitar 42-62 orang. Sampan ini di ambil dari pohon kayu yang besar di hutan. Proses pengambilannya sangat susah karena kayunya sangat panjang dan tidak bisa di angkut melalui alat transportasi melainkan ditarik bersama-sama dari suatu hutan ke daerah masyarakat yang akan membuat jalur. Proses pembuatannyapun sangat lama dan sangat teliti. Hanya orang-orang yang sudah berpengalaman yang bisa memprosesnya. Waktu yang dihabiskan untuk membuat sebuah jalur bisa berbulan-bulan. Setelah selesai dibentuk, maka masyarakat setempat melakukan suatu upacara pembakaran jaluryang dihadiri oleh tokoh adat dan ninik-mamak serta masyarakat setempat.

Setelah jalur selesai, barulah anak buah jalur ( peserta pendayung ) melakukan latihan rutin yang menghabiskan waktu yang cukup lama. Latihan ini biasanya dilaksanakan disebuah sungai yang lebar dan cukup dalam. Latihan yang dilakukan seperti kekompakkan dalam mendayung, kecepatan, serta keseimbangai anak jalur dalam mendayung. Biasanya disertakan dua orang anak kecil di depan dan dibelakang bagian jalur, kerja mereka adalah menari-nari sambil memberi semangat kepada pendayung. Selain itu, terdapat juga seorang yang di tuakan ( dukun ) yang berposisi di tengah-tengah badan jalur yang funsinya untuk member aba-aba dan semangat kepada pendayung.

Setelah tiba saatnya untuk bertanding, suasana dimana-mana menjadi berubah. Sekolah-sekolah dan perkantoran dipercepat pulangnya bahkan ada yang diliburkan, orang-orang yang biasanya keladang libur kerja, semuanya pergi menonton pacu jalur. Alasan masyarakat berbondong-bondong datang menonton pacu jalur ini adalah untuk memberi semangat kepada jalur perwakilan dari daerah masing-masing. Selain itu, mereka juga bisa membeli barang-barang dagangan yang sangat murah dan beragam-ragam jenisnya. Tak heran bila pada hari-hari pacu jalur dilaksanakan kota Teluk Kuantan sangat ramai bahkan jalan-jalan bisa macet karena kendaraan yang begitu banyak. Iven ini dilaksanakan setahun sekali, jadi wajar bila dinikmati berat oleh masyarakat.

Adapun hadiah dari tradisi pacu jalur ini berupa trofi penghargaan dan uang binaan. Sebenarnya trofi dan uang binaan tidak begitu diharapkan tetapi nama kejuaraanlah yang sangat penting bagi daerah yang jalurnya menang. Jika mereka menang, maka nama daerah mereka menjadi terharum dan terkenal di mana-mana.

“Oh, begitu ya Paman ! Pantas saja disini sepi sekali. Saya pikir masyarakat sini rumahan semua.” Balasku mengeledek paman. “Huss..kamu tidak boleh sembarang ngomong.” Balas paman dengan kening berkerut. “ Kamu mau lihat tidak ?” Ajak paman. Mau donk paman, tapi…” “Tapi kenapa ? potong paman. “ aku nggak punya banyak uang untuk belanja nanti paman !” balasku dengar suara mengecil. “ha..ha..ha.. Kamu ini memang lucu ya ? Emangnya kamu mau memborong semuanya ?” balasnya lagi sambil menarik tanganku berjalan menuju area pacu jalur dilaksanakan. Akupun mengikutinya dengan wajahku yang tersipu malu.


Share it to your friends..!

Share to Facebook Share this post on twitter Bookmark Delicious Digg This Stumbleupon Reddit Yahoo Bookmark Furl-Diigo Google Bookmark Technorati Newsvine Tips Triks Blogger, Tutorial SEO, Info

Artikel Terkait Cerpenku

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar